Kamis, 01 Desember 2011

kronologi runtuhnya orde baru

KRONOLOGI RUNTUHNYA ORDE BARU



Tabel kronologi runtuhnya orba



A.
22 Januari
Rupiah melemah terhadap dollar AS, nilai mata uang rupiah menembus angka 17.000 per dollar
B.
12 Februari
Presiden soeharto, mengangkat wiranto menjadi panglima ABRI(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
C.
10 Maret
Soeharto kembali terpilih menjadi presiden
D.
04 Mei
Harga bahan bakar melonjak 71% .
E.
09 Mei
Presiden soehato berangkat ke mesir untuk menghadiri pertemuan Negara-negara berkembang G-15
F.
12 Mei
Tragedi trisakti
G.
13 Mei – 14 Mei
Kerusuhan masa yang terjadi di Jakarta dan solo
H.
18 Mei
Mahasiswa menduduki gedung MPR
I.
19 Mei
Presiden soeharto berbicara di TVRI, ia menyatakan tidak akan mengundurkan diri, tetapi kan segera mengadakan perubahan kainet, akan membentuk komite reformasi, dan segera mengadakan pemilu. Beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat bertemu dengan presiden soeharto.
J.
20 Mei
Amien Rais membatalkan rencana demontrasi besar-besaran di monas karena dijaga ketat. Demonstrasi besar lainya juga terjadi di yogyakarta termasuk sri sultan hamengkubuwono IX, surakarta, dan bandung.
K.
21 Mei
Soeharto meletakkan jabatan



.........PENJELASAN..........

A.    22 Januari 1998

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai 17000.



`                 Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.



B.    2 February 1998

Presiden Soeharto mengangkat Wiranto sebagai panglima ABRI.



Di tengah badai krisis ekonomi dan tensi politik yang mendidih, Soeharto mengangkat Wiranto menjadi Panglima ABRI pada 15 Februari 1998. Dia dituding sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas kerusuhan 13-14 Mei 1998. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pernah memanggilnya untuk menjelaskan tragedi itu. Tapi Wirantanto membantah, “Semua orang tahu bagaimana peran saya saat 1998. Jika saya salah bertindak, Indonesia sudah hancur berkeping-keping.” Dia juga membela diri lewat bukunya Bersaksi di Tengah Badai.



C.    10 Maret 1998

Soeharto kembali terpilih menjadi presiden



Dalam siding umum MPR bulan Maret 1998. Jendral Purnawirawan Soeharto kembali terpilih sebagai presiden dan B.J Habibie terpilih sebagai wakil presiden.Terpilihnya kembali Soeharto sebagai presiden RI mendapat Reaksi keras dari masyarakat.Kabinet Pembangunan VII yang di bentuk setelah sidang MPR bulan Maret 1998 di anggap masih bercirikan
korupsi,kolusi,dan nepotisme(KKN).Berbagai tekanan dan kritik terhadap kepemimpinan Soeharto makin meluas terutama di lakukan oleh para mahasiswa dan kalangan intelektual.Larangan mengkritik dan mengontrol pemerintah menyebabkan terjadinya berbagai penculikan terhadap aktivis demokrasi,terutama dari kalangan mahasuswa dan swadaya masyarakat (LSM).



D.     4 Mei 1998

Harga bahan bakar minyak naik. Di susul dengan kerusuhan di Medan.



Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi itu berubah menjadikerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di UniversitasPasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.




Kerusuhan Medan


Aksi unjuk rasa yang dikumandangkan setiap hari di berbagai kota besar Indonesia sudah mendekati titik puncaknya. Masyarakat sudah tidak dapat menahan emosi dan rasionalitas lagi. Dalam keadaan seperti ini masyarakat akan sangat mudah untuk dipengaruhi dan diajak melakukan tindakan yang tidak terpuji. Mereka kehilangan kesabaran karena harus menunggu sangat lama reaksi dari wakil rakyat atas kehendak mereka yang disuarakan oleh mahasiswa. Mereka sangat yakin dan selalu mendukung mahasiswa, sayangnya tidak dengan wakil rakyat..

Mahasiswa Medan sangat aktif dan terus reaktif atas tindakan pasif wakil rakyat yang tidak mendegar suara mereka. Padahal mereka melakukan aksi hampir setiap hari dan sudah turun ke jalan bersama masyarakat untuk menuntut Reformasi di segala bidang. Keberhasilan mahasiswa Medan turun ke jalan menyampaikan aspirasinya bergabung dengan masyarakat memiliki efek samping. Masyarakat Medan terlanjur tak terkendali dan mulai melakukan keonaran.

Medan merupakan kota besar pertama yang dilanda kerusuhan besar berkaitan dengan Reformasi. Mulai dari hari Senin tanggal 4 Mei 1998 pecah kerusuhan sampai hari Kamis 7 Mei 1998. Pembakaran, perusakan dan penjarahan terhadap toko-toko, bank, pasar, dan kendaraan terjadi selama beberapa hari. Tampaknya mahasiswa tidak mampu mengendalikan perusuh, tidak juga aparat keamanan.

Kerusuhan ini menjalar terus sampai keluar kota Medan seperti Lubuk Pakam Kabupaten Derli Serdang dan kota-kota kecil lainnya di sekitar Medan. Kerusuhan masih terus berlanjut walau dalam skala lebih kecil pada hari Kamisnya juga.

Dampak dari kerusuhan adalah lumpuhnya perekonomian kota Medan dan sekitarnya. Penduduk Medan keturunan Cina juga pergi meninggalkan kota karena merasa keamanan mereka tidak terjamin, walau ada juga yang tinggal untuk melindungi harta benda mereka supaya tidak dijarah. Selama beberapa hari masyarakat kesulitan mendapat bahan makanan pokok.







E.       9 Mei 1998



Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.



F.     12 Mei 1998 

Tragedi Trisakti


Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada.

 Latar belakang dan kejadian

Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.

Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.

TAGEDI TRISAKTI 1998



*       10.30 -10.45

o    Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.

*       10.45-11.00

o    Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.

*       11.00-12.25

o    Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.

*       12.25-12.30

o    Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.

*       12.30-12.40

o    Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.

*       12.40-12.50

o    Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.

*       12.50-13.00

o    Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.

*       13.00-13.20

o    Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.

*       13.20-13.30

o    Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di mana long march tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.

*       13.30-14.00

o    Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.

*       14.00-16.45

o    Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.

o    Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.

*       16.45-16.55

o    Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.

*       16.55-17.00

o    Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.

o    Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang menyamar.

*       17.00-17.05

o    Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.

*       17.05-18.30

o    Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.

o    Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.

o    Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus.

o    Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

o    Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.

*       18.30-19.00

o    Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.

*       19.00-19.30

o    Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi.

*       19.30-20.00

o    Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.

*       20.00-23.25

o    Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.

o    Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi

*       01.30

o    Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.

G.    13-14 mei 1998

Kerusuhan-kerusuhan  massal yang terjadi menjalar ke Jakarta dan kota lain seperti Solo, Yogyakarta dan Surabaya. Di Jakarta, kerusuhan pecah tanggal 13 Mei 1998 dimana terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar. Satu hari setelah tragedi Kampus Trisaksi yang menewaskan empat mahasiswa. Tragedi Trisakti sendiri kemudian dikenang sebagai pelecut semangat para aktivis mahasiswa di seluruh tanah air. Sementara empat mahasiswa yang tewas dalam sebuah serbuan aparat ke dalam kampus Universitas Trisakti itu, diberi gelar pahlawan reformasi oleh para mahasiswa.

H.   18 mei 1998

Mahasiswa menduduki gedung MPR

Pukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid,Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad.

Pukul 21.30 WIB, empat orang menko (Menteri Koordinator) diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesempatan itu untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle. Tujuannya, agar mereka yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu “malu”. Namun, niat itu tampaknya sudah diketahui oleh Presiden Soeharto. Ia langsung mengatakan, “Urusan kabinet adalah urusan saya.” Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada soal-soal yang berkembang di masyarakat.

Pukul 23.00 WIB Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif. Wiranto mengusulkan pembentukan “Dewan Reformasi”.

Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ dan Forum Kota memasuki halaman danmenginap di Gedung DPR/MPR.



I.       19 mei 1998

 Pada tanggal 19 Mei 1998, Presiden soeharto berbicara di TVRI, ia menyatakan tidak akan mengundurkan diri, tetapi kan segera mengadakan perubahan kainet, akan membentuk komite reformasi, dan segera mengadakan pemilu. Presiden Soeharto mengundang sejumlah tokoh dan pemuka agama ke Istana Presiden. Diantaranya Nurcholis Majid, KH. Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, Emha Ainun Najib dan Yusril Ihza Mahendra. Soeharto mmenawarkan pembentukan Komite Reformasi sebagai langkah mengatasi situasi saai itu dan menyahuti tuntutan mahasiswa. Ia juga berjanji akan melakukan reshufle kabinet. Namun keinginan itu mendapat penolakan dari para tokoh itu.

Saat yang sama, sebanyak 14 orang pembantu setia Soeharto di kabinet pembangunan VII mengajukan pengunduran diri kepada Presiden. Diantaranya Akbar Tanjung, Hendro Priyono, Kuntoro Mangkusubroto dan Tanri Abeng. Di tempat lain, Ketua MPR Harmoko yang dulunya merupakan orang kepercayaan Soeharto, kembali mengeluarkan himbauannya agar Soeharto mundur dari jabatannya pada 22 Mei atau akan dilengserkan oleh MPR.

J.      20 mei 1998

Amien Rais membatalkan rencana demontrasi besar-besaran di monas karena dijaga ketat. Demonstrasi besar lainya juga terjadi di yogyakarta termasuk sri sultan hamengkubuwono IX, surakarta, dan bandung.



K.    21 mei 1998

Soeharto meletakkan jabatan


·         Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan cende-kiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, “Selamat tinggal peme-rintahan lama dan selamat datang pemerintahan baru”.

·         Pukul 9.00 WIB, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB. Soeharto kemudian mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat dan meninggalkan halaman Istana Merdeka didampingi ajudannya, Kolonel (Kav) Issantoso dan Kolonel (Pol) Sutanto (kemudian menjadi Kepala Polri). Mercedes hitam yang ditumpanginya tak lagi bernomor polisi B-1, tetapi B 2044 AR.

·         Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia.

·         Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan presiden, “ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta keluarga.”

·         Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.




2 komentar:

  1. Terima kasih banyak, sangat bermanfaat- saya izin mengambil bahan ini untuk presentasi ya..

    BalasHapus